Toples Persahabatan



Di sebuah desa, ada sepasang sahabat yang bernama Kinanti dan Sinta, mereka sudah berteman sejak enam tahun yang lalu, kini umur mereka adalah 11 tahun. Kehidupan mereka hanyalah sangat sederhana, Kinanti mempunyai dua orang adik perempuan, bapak Kinanti sudah lama meninggal karena serangan jantung sedangkan ibu Kinanti hanya bekerja sebagai penjahit yang hanya dapat mencukupi makan Kinanti dan adik-adiknya. Lain halnya dengan Sinta, Sinta adalah anak yang mempunyai dua orang adik laki-laki, seorang ayah yang bekerja sebagai guru, dan juga seorang ibu yang bekerja sebagai bidan di Puskesmas pembantu.
Pada suatu hari, mereka berjalan menuju sekolah, tetapi saat berada di Jalan ada segerombolan preman yang mengganggu mereka, Kinanti pun dijadikan umpan oleh segerombolan preman tersebut dan mendekatkan pisau keleher Kinanti agar Sinta mau memberikan uang sakunya. “Tolong Sinta, tolong!!! Aku takut” teriak Kinanti, “Hei, preman ambillah uang sakuku ini, tapi lepaskan Kinanti!!!” teriak Sinta ke preman, setelah Sinta memberikan uang sakunya, segerombolan preman tersebut lari dan melepaskan Kinanti, “Terima kasih Sinta, kau telah menyelamatkan hidupku, dan maaf juga Sinta. karena aku, uang kamu habis!!!” seru Kinanti, “Sama-sama, tidak apa-apa!!!” Sinta.
Keesokan harinya, mereka libur, mereka pun bermain-main di dekat jurang yang tingginya 5 meter. Saat berlari-lari Sinta pun terperosok kedalam jurang, tetapi Kinanti kebingungan untuk mencari bantuan. “Kinanti, tolong!!!” panggil Sinta. “iya Sinta, aku mau mencari bantuan!!!” teriak Kinanti, setelah Kinanti mencari-cari bantuan akhirnya Sinta dapat dikeluarkan dari dasar jurang dengan luka disekujur tubuhnya, Sinta pun dibawa ke Rumah Sakit yang berada di dekat desa mereka.
Sampai di Rumah sakit Sinta tidak sadarkan diri, setelah beberapa hari akhirnya Sinta sadar, disaat mata Sinta mulai terbuka Kinanti dan ibu Sinta memanggil dokter “Dokter!!! Sinta udah sadar” teriak Kinanti dan Ibu Sinta. Setelah dokter memeriksa Sinta, dokter berpesan kepada Kinanti untuk mencari darah A untuk didonorkan ke Sinta, “Dok!!! Darah saya adalah darah A bolekah, saya mendonorkan dara saya sama Sinta” ucap Kinanti, “boleh saja, tapi silakan periksa darah kamu terlebih dahulu, di Laboratorium”sambung dokter. Setelah memeriksa darahnya ternyata hasil Lab menunjukan bahwa darah Kinanti cocok untuk donor darah, Kinanti pun bergegas untuk pergi keruang donor. Setelah keluar dari ruang donor, sambil membawa sekantong darahnya ia pergi keruangan dimana Sinta dirawat. “Dok!! Ini darahnya” jelas Kinanti kedokter. Akhirnya Sinta pun berangsur-angsur sehat. Tapi saat Sinta melihat Kinanti, Sinta marah kepada Kinanti karena kurang memperhatikan Sinta saat kejadian itu berlangsung. “Aku tidak mau bertemu penghianat itu,, bu!!! Dia telah membuatku begini” teriak Sinta. “ketahuilah Kinanti yang menyembuhkanmu, dengan mendonorkan darahnya untukmu. Jika ia tidak memberikanmu darah maka, jiwamu akan terancam” Kata ibu Sinta.
Setelah Sinta keluar dari rumah sakit, Sinta mengajak Kinanti pergi ke Bukit “Kinanti, ayo kita pergi ke Bukit!!!”ajak Sinta, “ayo, kita pergi” jawab Kinanti. Sesampainya dibukit, mereka duduk dan Sinta meminta maaf “Maaf yah Kinanti aku telah memarahimu dirumah sakit” kata Sinta. “iya, gak apa-apa kok!!!”Jawab Kinanti. “Sinta, kita buat seboyan pertemanan yuk” kata Kinanti menyusulkan, “Ayo, apa yah???” tanya kinanti “ohhh, bagai mana kalau Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti” usul Kinanti “ Wah bagus itu!!!” Jawab Sinta. Setelah berbincang bincang, mereka pun pulang. Dijalan pulang mereka mendapatkan sebuah toples yang sangat bercahaya, “wah!!! Itu toples apa?”Tanya Kinanti, “ohhhh,,, iya aku pernah melihat toples ini disuatu artikel, ambil saja ini adalah toples peninggalan di Desa ini! Itu adalah toples persahabatan, maksudnya jika ada persahanatan disekitarnya, ia akan tearang bercahaya!!!”ungkap Sinta, “ohhh,,,, ayolah kita pulang sekalian kamu yang menjaga toples ini yahhh!” seru Kinanti
Sore pun menjelang malam Sinta dan Kinanti pergi ke rumah masing-masing, sesampainya dirumah, Kiananti melihat bendera putih tertera didepan rumahnya, “bertanda apa ini?”Kinanti bertanya-tanya, sesampai didalam rumah, dilihatnya sesosok anak kecil terbujur kaku yang dia yakini itu salah satu adiknya, air matanya perlahan-lahan menetes, “Ya Allah, cobaan apa lagi ini ya Allah”tanya Kinanti sambil menangis. “bu! Kenapa adik menjadi begini bu?” tanya Kinanti. “adikmu tadi habis tertabrak mobil” jawab ibu Kinanti sambil menangis. Pada saat itu Kinanti sangat sedih sehingga air matanya tak bias dia tahan. Seusai pemakaman Kinanti kembali kerumah dengan hati yang masih amat sedih sehingga ia tertidur di tempat tidurnya.
Hari selanjutnya, Kinanti bertemu kembali dengan sahabatnya yaitu Sinta di sekolah “Kinanti kamu kenapa?” tanya Sinta, “adikku meninggal” jawab Kinanti, “Inalilahi wainalillahi roji’un” Kata Sinta prihatin. Seusai jam sekolah mereka kembali pergi menghilangkan duka yang masih berada dihati Kinanti.
Kini mereka ingin pergi ke suatu tempat yang sangat indah, tempat itu bagaikan surga, tempatnya yaitu disawah yang sangat luas terbentang dan hijau, disana mereka melihat kepompong, kepompong itu mereka masukan kedalam toples persahabatan yang mereka temukan kemarin. “lihatlah kepompong itu Kinanti, keren sekali!!!” seru Sinta, “ayo kita pelihara” sambung Kinanti, “ayo”seru Sinta kembali. “ini akan menjadi lambang persahabatan kita” ungkap Kinanti. Setelah bersenang-senang di sawah mereka kembali kerumah dengan menyimpan kepopong mereka dirumah pohon yang mereka buat beberapa tahun yang lalu, diatas pohon mereka sempat berteriak dengan kalimat mereka kembali “Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti”.
Beberapa hari kemudian Kinanti sudah mulai tampak tidak sedih lagi, ia pun pergi kesekolah dengan ceria kali ini. Sesampai disekolah ia mendengarkan gurunya menerangkan bahwa akan ada ujian nasional yang akan diadakan beberapa minggu lagi, ia sangat terkejut karena pada beberapa minggu lagi akan ada UN, ia juga sudah mencari teman untuk bagi kelompok belajar dan tentunya dikelompok itu ada Sinta yaitu sahabat sejati Kinanti, mereka mendapat 3 orang yang dimasukan kedalam kelompok belajar yaitu Zohil, Wandi, dan Oca. Sepulang sekolah mereka berlima berkumpul dirumah Sinta, “Sinta, rumahmu ini sangat luas”ucap Wandi, “Iya, betul yang dibilang Wandi itu!!”jawab Zohil, “ish kamu ini tidak ajak-ajak menyamakan pendapat!!” Seru Oca, “hahahahah,,,, rumah hanya kecil dibilang besar” jawab Kinanti, “ahhhh, Kinanti mau menghibur atau menghina?”tanya Sinta’ “Terus saya harus bilang WOW yah?” tanya Oca, “WOW” seru Kinanti, Sinta, Zohil, dan Wandi serentak, “Iya deh aku nyerah” jawab Oca.
Beberapa hari selanjutnya adalah acara 40 hari adik Kinanti, seusai acara Kinanti kembali belajar kelompok, di sela-sela mereka belajar Sinta mengajak Kinanti untuk pergi rekreasi “Kinanti, kamu mau gak besok kita pergi ke Pantai?”Tanya Sinta, “iya, aku mau dong,” jawab Kinanti, “kita bertiga dan kau taruh dimana?” Tanya Oca, Wandi, dan Zohil, “iya dan, saya bawa juga kamu” jawab Sinta, “HORE!!!!!” jawab mereka bertiga kembali serentak.
Setelah sehari berlalu, mereka sudah siap untuk pergi, “ayo teman kita masuk ke mobil” Kata Sinta gembira, “ayo” jawab Zohil, Oca, Wandi, dan Kinanti. Sesampainya dipantai, mereka tak dapat menahan diri untuk mandi dilaut, tanpa berpikir panjang lagi mereka langsung meceburkan diri satu per satu, tiba-tiba ada insiden maut, tiba-tiba kaki Kinanti dan Sinta tidak sudah menapak dipasir laut, mereka berdua tenggelam, “tolong!!!” teriak mereka berdua, tiba-tiba keajaiban dari toples persahabatan muncul, mereka pun terdorong oleh cahaya toples itu ketepi pantai. Setelah bersenang-senang di Pantai biar pun ada insiden mereka tetap kembali kerumah.
Sehari kemudian, mereka sudah menunggu untuk ulangan Bahasa Indonesia. Saat ujian berlangsung, dilihatlah seorang siswa melihat jawaban Sinta “ Hei,,,,,,, kalian berdua maju!” Seru pengawas ujian, “iya bu!!! Ada apa?”Sinta bingung, “kenapa kau memperlihatkan jawabanmu ke temanmu?” tanya pengawas, “aku tidak memperlihatkannya kok” tantang Sinta, tidak lama kemudian Kinanti pun membela Sinta “tidak bu!!! Sinta tidak memperlihatkan jawabannya ke orang itu!! Orang itu sajalah yang mencontek” tegas Kiranti, “Lancang benar kamu, bawa kemari lembar jawabanmu!!!” Seru Pengawas “ini!!! Bu” bantah Kinanti, “Sana kalian bertiga keluar dari kelas” marah pengawas. “ehh Sinta tadi kamu udah selesaikan mengerjakan soalnya?” tanya Kinanti, “iya” jawab Sinta. Merekapun kembali pulang.
Selesai UN kini adalah pengumuman, akhirnya merekapun lulus semua dengan nilai tertinggi yaitu Sinta dengan Rata-rata 90,5 dan disusul Kinanti dengan nilai 90, seusai kelulusan mereka pun mengadakan acara syukuran dirumah Sinta. Seusai sukuran, mereka pun kembali kerumah masing-masing.
Sehari kemudian, Kiranti pergi kerumah Sinta, didepan rumah Sinta sudah terdapat beberapa koper yang berisikan baju, “Sinta kamu mau kemana?”Tanya Kinanti, “Aku mau pindah kekota” jawab Sinta “kamu akan lama disana?” tanya Kinanti lagi, “Iya” jawab Sinta. Air mata pun mulai menetes dimata keduanya, mereka pun sangat Sedih “kumohon Sinta datang lagi yah” Seru Kinanti sambil menangis, “Iya, aku janji aku akan kembali suatu hari nanti” jawab Sinta , “Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti” Seru mereka sambil meneteskan air mata perpisahan, Sinta pun masuk kedalam mobilnya, air mata mereka tidak dapat menahan haru perpisahan, perlahan mobil yang dinaiki Sinta  sudah mulai menjauh “Dah Sinta” Seru Kinanti
Mulai dari perpisahan itu Kinanti selalu menyendiri, sambil menyebut sebuah kalimat yang ia selalu ucap bersama Sinta yaitu “Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti” juga sambil menatap kepompong mereka yangada di toples persahabataan mulai mati cahayanya, karena jika toples tersebut tidak disinari dengan cahaya persahabatan
15 tahun telah berlalu, Sinta pun kembali ke Desa dan menetap disana, Kinanti juga tidak tahu menahu soal itu, saat mereka saling bertatapan Kinanti selalu merasa ada yang beda. Kemudian hari selanjutnya, Kinanti membawa toplesnya untuk menjual toples itu, saat dijalan ia ketemu kembali bersama Sinta, Cahaya toples didalamnya kembali muncul, rasa penasaran Kinanti akan Pulangnya Sinta juga muncul, iya pun bertanya kepada Sinta, “apakah kamu Sinta?” tanya Kinanti, “Iya, kalau kamu siapa?” Sinta kembali bertanya, “aku Kinanti, dan kau Sinta jangan lagi pergi” jawab Kinanti dengan mata yang berkaca-kaca “ia Kinanti” jawab Sinta mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menangis haru, setelah mereka saling melempar pertanyaan tersebut mereka langsung mengatakan “Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti” kata mereka sambil menangis haru. Lalu Kinanti langsung berlari kerumahnya dengan meneteskan air mata haru untuk mengambil toples, kini toples itu mulai bercahaya untuk selamanya. “ini Sinta, selama kamu tidak ada toples ini selalu gelap, sekarang kamu ada, toples ini kembali terang seperti dulu lagi” jelas Kinanti,”
Kini, mereka telah menjadi sahabat selamanya, “Sahabat selamanya tak akan terpisahkan hingga ajal nanti
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Toples Persahabatan"